hukunorang haid/junub membaca al-Quran Pertama : Apabila tidak ada satu pun dalil yang sah (shahih dan hasan) yang melarang perempuan haid, nifas dan orang yang junub membaca ayat-ayat Al-Qur'an, maka hukumnya dikembalikan kepada hukum asal tentang perintah dan keutamaan membaca Al-Qur'an secara mutlak termasuk perempuan haid, nifas dan orang yang junub.Bokeh Situs Download http Contact Result for Mengapa Al Quran Tidak Disusun Berdasarkan Waktu Turunnya Wahyu Dan TOC Daftar IsiMengapa Isi Alquran Tidak Diurutkan Sesuai Waktu Turunnya Wahyu?Jul 20, 2020 Adapun penentuan juz-juz Al-Quran yang tiga puluh jumlahnya, itu bukan dari Sahabat Utsman, karena mushhaf utsmani Al-Quran yang ditulis di zaman Utsman tidak terdapat juz-juz tersebut. Melainkan dari para ulama, dengan maksud untuk Ayat-ayat Al-Quran Tidak Disusun Berdasarkan Kronologi Waktu Tanya Mengapa ayat-ayat al-Quran tidak disusun berdasarkan waktu turunnya? Misalnya, mengapa ayat 3 dari surah al-Maidah diletakkan di awal surah kelima, padahal ayat itu adalah ayat terakhir yang diterima Nabi saw.? Mengapa surah al-Alaq atau Iqra yang diturunkansebagai wahyu pertama diletakkan di bagian akhir al-Quran?5 Sebab Al-Qur'an Tak Dibukukan di Zaman RasulullahOct 3, 2022 Ketiga, susunan surat dan ayat-ayat dalam Al-Qur'an tidak berdasarkan waktu diterimanya wahyu oleh Rasulullah. Ada kalanya surat atau ayat diturunkan di awal tapi dalam susunannya ditempatkan menjelang akhir, seperti surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 yang turun di awal namun dalam penempatannya ada di surat Al-Qur'an tidak disusun berdasarkan waktu turunnya wahyu dan Mengapa Al-Qur'an tidak disusun berdasarkan waktu turunnya wahyu dan sebab diturunkannya ayat? - Quora. Jawaban 1 dari 2 Saya jawab asal-asalan saja ya. Jawaban singkat Agar lebih cepat digosipkan oleh orang Kristen dan YahudiJawaban panjangAnda pernah dengar struktur chiastic?Apa alasan isi ayat Al-Quran tidak diurutkan sesuai waktu wahyu - QuoraApa alasan isi ayat Al-Quran tidak diurutkan sesuai waktu wahyu pertama diturunkan? - Quora. Jawaban 1 dari 2 Terima kasih PJ-nya Didik Wijanarko , tapi mungkin pertanyaannya perlu diperbaiki menjadi,Mengapa Al-Qur'an tidak disusun sesuai dengan urutan-urutan ayat yang turun kepada Nabi ?Mengapa Turunnya Al-Quran Tidak Urut Sesuai Urutan Surat dan Ayat?Mar 29, 2010 Mengapa tidak disusun sesuai dengan urutan turunnya wahyu kepada Rasul? ========== Sebuah Penjelasan Perlu diketahui bahwa jauh sebelum awal mula diturunkan dari langit, Al-Quran Al-Kariem sudah ada di langit. Bahkan Al-Quran Al-Kariem sudah ada jauh sebelumnya Makna Wahyu dan Proses Turunnya Al-Qur'anJul 25, 2018 Memahami Makna Wahyu dan Proses Turunnya Al-Qur'an. Al-Quran merupakan sumber dan pedoman utama bagi umat Islam yang diyakini sebagai wahyu Allah yang turun kepada Nabi Muhammad . Al-Quran mempunyai hubungan erat dengan kehidupan Nabi dan masyarakat Arab pada masa awal, sehingga tidak mengherankan ketika ungkapan-ungkapan yang Mengapa Al Quran Tidak Disusun Berdasarkan Waktu Turunnya Wahyu DanMengapa Al-Quran tidak disusun berdasarkan waktu diturunkannya - QuoraJawaban 1 dari 3 Ayat-ayat al-Quran turun berinteraksi dengan masyarakat. Sebab turundan masalah yangdibicarakannya silih berganti. Semuanya itu berlangsung selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari, jika Anda sependapat dengan mereka yang menyatakan bahwa ayat 3 dari surah al-Maidah adalah ayat Mengapa Al Quran Tidak Disusun Berdasarkan Waktu Turunnya Wahyu DanMengapa Urutan Al-Qur'an Tidak Sesuai Dengan Turunnya Wahyu? Buya Sejarah Turunnya Al-Qur'an dan Keistimewaannya - Al Quran Tidak Disusun Berdasarkan Waktu Turunnya Wahyu Dan Mengapa Isi Alquran Tidak Diurutkan Sesuai Waktu Turunnya Wahyu? Jul 20, 2020 Adapun penentuan juz-juz Al-Quran yang tiga puluh jumlahnya, itu bukan dari Sahabat Utsman, karena mushhaf utsmani Al-Quran yang ditulis di zaman Utsman tidak terdapat juz-juz Makna Wahyu dan Proses Turunnya Al-Qur'an - NU OnlineJul 25, 2018 Adapun wahyu yang diturunkan pada Nabi Muhammad mempunyai beberapa model atau cara, tetapi secara umum para ulama berpendapat bahwa proses turunnya wahyu pada Nabi melalui dua cara. Pertama adalah al-inzl, yakni proses turunnya Al-Quran yang diyakini berasal dari lauhul mahfudh ke langit Urutan Mushaf Tidak Sesuai dengan Urutan Turunnya Wahyu? - TarbiyahJawaban Ilmiah Urutan Mushaf. Al Quran turun melalui dua tahap. Pertama, Al Quran diturunkan secara lengkap dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia. Kedua, dari Baitul Izzah, Al Quran diturunkan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam secara bertahap dalam waktu 22 tahun Alquran tidak disusun sesuai dengan urutan turunnya surah Nov 28, 2020 Jawaban Mengapa ada penggolongan ayat ayat al quran berdasarkan kronologi turunnya al quran? karena, agar ayat lebih mudah dipahami jika ada yang tahu waktu dan keadaan yang berhubungan dengan itu. pentingnay mengetahui asbabu An-Nuzul wahyu tersebut adalah untuk memahami Urutan Mushaf Tidak Sesuai Dengan Urutan Turunnya Wahyu?Mengapa Urutan Mushaf Al Quran Tidak Sesuai Dengan Urutan Wahyu? Pertanyaan ini sering terlintas di benak seorang muslim yang kritis mencari kebenaran. Disamping itu, pertanyaan ini sering pula dilontarkan para misionaris untuk membingungkan masyarakat Kitab Tafsir yang Disusun Berdasarkan Waktu Turunnya Al-QuranMay 29, 2019 Tela'ah Tiga Kitab Tafsir yang Disusun Berdasarkan Waktu Turunnya Al-Quran Tiga kitab tafsir ini disusun sesuai urutan waktu turunnya ayat, bukan sesuai urutan mushaf kebanyakan. M Afifudin Dimyathi 29 Mei 2019 16975[Sejarah Islam] Al Quran, dari Wahyu sampai Kitab SuciApr 29, 2021 Era Nabi Muhammad Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad selama 23 tahun, dari usia 40 hingga kematiannya pada usia 63. Selama kurun waktu itu, Nabi Muhammad menerima wahyu dari Tuhan dalam sejumlah cara. Paling sering, itu diucapkan kepadanya secara langsung oleh Malaikat Proses Turunnya Alquran hingga Sampai ke KitaAug 16, 2020 Turunnya surat berangsur-angsur dari terciptanya manusia pertama sampai Nabi Muhammad SAW, hingga akhirnya bisa sampai di tangan kita bukanlah sebuah proses yang singkat. Lantas, bagaimana proses Al Quran, yang berasal dari surga, bisa sampai kepada seluruh umat manusia?Mengapa Ayat Ayat Al Quran Tidak Disusun Berdasarkan Kronologi Waktu Mengapa ayat-ayat al-Quran tidak disusun berdasarkan waktu turunnya? Misalnya, mengapa ayat 3 dari surah al-Maidah diletakkan di awal surah kelima, padahal ayat itu adalah ayat terakhir yang diterima Nabi saw.? Mengapa surah al-Alaq atau Iqra yang diturunkansebagai wahyu pertama diletakkan di bagian akhir al-Quran? [Ahmad Nur Cholis Jakarta]Sejarah Turunnya Al Quran hingga Menjadi Bentuk Mushaf yang Kita Kenal 1 day ago Sebab, Al Quran merupakan kitab suci yang mengandung ilmu pengetahuan dan pedoman hidup bagi setiap umat Islam. Berdasarkan sejarah turunya Al Quran, wahyu pertama diturunkan pada pada tahun 610 Masehi ketika Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun. Al Quran diturunkan secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun kepada Nabi Muhammad SAW melalui Mengapa Al Quran Tidak Disusun Berdasarkan Waktu Turunnya Wahyu Dan6 Tujuan Diturunkannya Al Quran, Terkandung dalam Ayat-ayatnya - detikcomJan 1, 2022 Katakanlah, "Aku tidak dapat bersaksi." Katakanlah, "Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dengan Allah." 4. Pedoman, petunjuk, dan rahmat bagi manusia. Tujuan diturunkannya Al Quran tentunya juga agar manusia menjadikannya sebagai pedoman, petunjuk, dan searchesRelated Keywords For Mengapa Al Quran Tidak Disusun Berdasarkan Waktu Turunnya Wahyu Dan The results of this page are the results of the google search engine, which are displayed using the google api. So for results that violate copyright or intellectual property rights that are felt to be detrimental and want to be removed from the database, please contact us and fill out the form via the following link here.
PenyusunanAlquran. Al-Quran merupakan firman Allah Swt yang turun secara berangsur-angsur selama 23 tahun, dan urutan ayatnya tidak seperti yang kita lihat dalam Mushaf yang ada. Mayoritas ulama meyakini bahwa wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah Saw adalah 5 ayat pertama dari surat al-'Alaq bukan surah al-Fatihah.
- Al Quran adalah kitab suci bagi umat Islam yang menjadi pegangan dan dasar petunjuk kehidupan umat Muslim. Proses turunnya Al Quran terjadi secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun. Adapun ayat pertama yang diturunkan adalah Surat Al-Alaq ayat 1-5. Lantas, bagaimana sejarah turunnya Al Quran?Baca juga Biografi Abdullah bin Amr, Salah Satu Perawi Hadis Pertama Sejarah turunnya Al Quran Turunnya Surat Al-Alaq ayat 1-5 menjadikan awal dari kenabian Muhammad. Selain itu, waktu turunnya Al Quran juga menjadi awal penyebaran agama Islam. Al Quran diturunkan dalam dua cara, yaitu Al Quran diturunkan secara lengkap di malam Lailatulqadar dari Lauh Mahfudz ke langit dunia Usai diturunkan ke langit dunia, Al Quran diturunkan ke Nabi Muhammad secara bertahap Selain itu, sejarah turunnya Al Quran dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah sebelum hijrahnya Nabi dan Madinah setelah hijrah. Al Quran pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah utara Mekkah, pada 17 Ramadan 610 M. Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang diturunkan berisi tentang akidah paham terkait keimanan dan tauhid dasar ajaran agama Islam. Pada periode ini, terdapat 86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan. Baca juga Waraqah bin Naufal, Imam Nasrani yang Memastikan Kenabian Muhammad Sedangkan ayat yang turun di Madinah umumnya berkaitan dengan muamalat hubungan manusia sebagai makhluk sosial, syariat aturan dalam kehidupan Islam, dan hukum Islam. Pada periode setelah hijrahnya Nabi Muhammad ini, terdapat 28 surat yang diturunkan selama sembilan tahun sembilan bulan. Ayat Al Quran yang terakhir diturunkan adalah surat Al-Maidah ayat 5. Pembukuan Al Quran Ketika wahyu pertama kali diturunkan, Rasulullah, yang tidak bisa membaca dan menulis, membacakannya kepada para karena itu, saat pertama kali Al Quran diturunkan, tidak langsung dibentuk kitab seperti sekarang ini. Setelah dibacakan Nabi Muhammad, ayat Al Quran ada yang dihafalkan, ada yang langsung ditulis. Ayat Al Quran yang turun ditulis di berbagai tempat, seperti di pelepah pohon kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit bintang, kayu, pelana, hingga potongan tulang binatang. Baca juga Biografi Imam Abu Dawud, Salah Satu Penyusun Kitab Hadis Utama Selepas Nabi Muhammad wafat pada 632, umat Muslim dipimpin oleh Abu Bakar sebagai khalifah bagi umat Islam. Dalam pemerintahan Abu Bakar, banyak terjadi gejolak berupa pemberontakan dan ekspansi wilayah yang menimbulkan pertempuran. Akibatnya, banyak para penghafal Al Quran yang gugur. Hal itu menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya Al Quran. Oleh karena itu, Umar bin Khattab merasa perlu untuk membukukan Al Quran dan mengusulkannya kepada Khalifah Abu Bakar. Khalifah Abu Bakar kemudian menunjuk Zaid bin Tsabit untuk memimpin proyek pembukuan Al Quran. Usai Al Quran berhasil dibukukan, kemudian dilakukan standarisasai pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. Selain itu, karena banyak terjadi perbedaan dialek di kalangan umat Islam, Khalifah Utsman memerintahkan untuk diseragamkan. Al Quran yang sekarang ini dijadikan pedoman menggunakan cara penulisan Utsman atau Rasm Utsmani. Referensi Sarwat, Ahmad. 2020. Sejarah Al Quran. Jakarta Rumah Fiqih. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
NabiMuhammad menerima wahyu pertama dirangkul oleh Malaikat. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID vYwUeYmUHjKm7MWEst-AaRxUG455pkwCovYPmvem033ER-vDFbFjcw== Ijmakyang dilakukan yang dilakukan para ulama setidaknya memiliki dua alasan. Pertama, setelah Rasulullah Saw wafat, persoalan hukum islam yang baru muncul tidak bisa ditemukan jawabannya secara langsung didalam Al-Qur'an dan Sunnah.Kedua, persoalan terus berkembang dan menuntut adanya ketentuan hukum, sedangkan Al-Qur'an dan Sunnah dalam menetapkan hukum terkadang masih bersifat global. Al-Qur’an merupakan sumber dan pedoman utama bagi umat Islam yang diyakini sebagai wahyu Allah yang turun kepada Nabi Muhammad ﷺ. Al-Qur’an mempunyai hubungan erat dengan kehidupan Nabi dan masyarakat Arab pada masa awal, sehingga tidak mengherankan ketika ungkapan-ungkapan yang dinarasikan Al-Qur’an mengandung nilai sastra tinggi. Dalam pandangan Imam Jalaluddin As-Suyuti, penggunaan kalimat-kalimat yang indah dan ungkapan-ungkapan yang penuh dengan sastra itu adalah bentuk mu’jizat Al-Qur’an sebagai respons dari peradaban Arab pada masa Arab yang penuh dengan nilai sastra. Meskipun diturunkan di daerah Arab dan berinteraksi dengan budaya Arab, bukan berarti Al-Qur’an menjadi bagian dari budaya Arab. Hal tersebut disebabkan orisinalitas dan otentisitas Al-Qur’an dijaga langsung oleh Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Surat al-Hijr 9, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Imam Ibnu Jarir at-Thabari dalam tafsirnya menafsirkan bahwa ayat tersebut menjelaskan kesucian Al-Qur’an dari penambahan dan pengurangan atas ayat yang ada di dalamnya, serta ayat Al-Qur’an tidak akan mengandung kebatilan. Yang demikian menandakan bahwa turunnya Al-Qur’an selalu dijaga dan terpelihara dari sifat-sifat negatif. Berkaitan dengan otentisitas Al-Qur’an, muncul pertanyaan penting bagaimana proses turunnya wahyu Al-Qur’an? Perihal transformasi wahyu menjadi objek kajian menarik yang banyak dilakukan oleh ulama. Secara tegas mereka menjelaskan makna wahyu dalam artian umum dan pengertian wahyu dalam konteks Al-Qur’an diturunkan pada Nabi Muhammad. Imam Zarqani dalam karyanya Manahil Irfan fi Ulum Al-Qur’an menjelaskan bahwa ada empat karakter makna wahyu yang terdapat dalam Al-Qur’an. Pertama, wahyu mempunyai makna ilham yang bersifat fitri. Sebagaimana firman Allah dalam QS al-Qashash ayat 7 وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِى ٱلْيَمِّ وَلَا تَخَافِى وَلَا تَحْزَنِىٓ، إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ Artinya “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai Nil. Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang dari para rasul’.” Kedua, kata wahyu dalam Al-Qur’an berkaitan dengan naluri pada binatang, seperti dalam QS an-Nahl 68-69 وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ، ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ Artinya “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia’.” Ketiga, kata wahyu mempunyai arti bisikan jahat, baik bersumber dari setan, jin, maupun manusia. Surat al-An’am ayat 112 menyatakan وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ Artinya “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan dari jenis manusia dan dari jenis jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” Keempat, kata wahyu yang bermakna memberikan isyarat, tanda dan simbol yang terdapat dalam Surat al-Maryam ayat 11 فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا Artinya “Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang”. Adapun wahyu yang diturunkan pada Nabi Muhammad mempunyai beberapa model atau cara, tetapi secara umum para ulama berpendapat bahwa proses turunnya wahyu pada Nabi melalui dua cara. Pertama adalah al-inzâl, yakni proses turunnya Al-Qur’an yang diyakini berasal dari lauhul mahfudh ke langit dunia. Kedua adalah at-tanzîl, yakni proses turunnya Al-Qur’an yang dilakukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad ﷺ. Proses turunnya Al-Qur’an ini sekaligus menggambarkan tentang keasliannya yang tidak dapat dipalsukan, karena dikuatkan dengan hadits Nabi yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas, “Allah menurunkan Al-Quran sekaligus ke langit dunia, tempat turunnya secara berangsur-angsur. Lalu, Dia menurunkannya kepada Rasul-Nya ﷺ bagian demi bagian.” Konsep yang pertama al-inzâl merupakan proses di luar nalar karena tidak memerlukan dimensi waktu, tetapi pada konsep yang kedua Nabi harus menerima dengan beragam kondisi karena faktor manusiawi, semisal kedinginan atau terasa seperti bunyi lonceng. Tidak semua orang dapat menangkap eksistensi wahyu Al-Qur’an kecuali Nabi Muhammad. Baca juga Sejarah Nabi Muhammad 2 Wahyu Pertama yang Menggetarkan Menurut ulama ada tiga kategori proses turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad. Pertama dengan cara ilham. Cara ini adalah salah satu pengalaman Nabi ketika dalam keadaan terjaga maupun tidur seperti hadits Nabi yang diriwayatkan Aisyah, “Pertama kali Rasulullah menerima wahyu adalah dalam mimpi yang benar pada waktu tidur. Beliau tidak melihat mimpi itu, kecuali datang seperti cahaya subuh.” Adapun model kedua adalah secara langsung, dan hal ini hanya sekali ketika Nabi mi’raj, di mana Nabi menerima perintah langsung tanpa perantara malaikat Jibril. Dan, cara ketiga—yang sering Nabi terima—adalah melalui perantara malaikat Jibril. Jibril menyampaikan wahyu Allah berupa makna “ide”, kemudian Nabi mengungkapkan sendiri sendiri lafadhnya. Dan ada pula yang makna dan redaksinya langsung datang dari malaikat Jibril. Meskipun demikian hal ini tidak mengurangi sedikitpun keaslian atau otentisitas wahyu Al-Qur’an yang diterima oleh Nabi Muhammad, karena secara tegas Al-Qur’an memberikan argumentasi bahwa Al-Qur’an telah tertanam dalam hati Nabi, sebagaimana QS as-Syu’ara ayat 192-195. وَإِنَّهُ لَتَنزيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ، نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ، عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ، بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ Artinya “Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin Jibril ke dalam hatimu Muhammad agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” Moh. Muhtador, Dosen Ushuluddin IAIN Kudus Referensi Al-Bukhari, Shahih Bukhari, kitab Bad’i al Wahyi Dar Salam, Riyad 1997 Jalal al Din al Syuyuti, al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, juz II Beirut Dar al Fikr, 2012. Ibnu Jarir al Thabari, Tafsir al Thabari Beirut Muassah Risalah, 2000 Muhammad Abd al Azhim al Zarqani, Manahilul-Irfan fi Ulum Al-Qur’an, jilid I Beirut Darul Fikr, 1988 MenurutImam al-Zarkasyi, seorang pakar 'Ulum al-Qur'an, sebenarnya istilah Makkiyah dan Madaniyah dalam pembahasan 'Ulum al-Qur'an memiliki tiga konotasi: 1) berkonotasi tempat; 2) berkonotasi periode waktu (sebelum atau sesudah hijrah); 3) berkonotasi objek wahyu (khithab), tergantung kepada penduduk kota mana (Makkah/Madinah) wahyu al-Qur’anBulan Ramadhan merupakan bulan penuh rahmat bagi seluruh umat Islam. Bulan Ramadhan, menawarkan pahala yang melimpah bagi individu yang rajin menjalankan ibadah wajib, dan sunnah. Selain itu, pada bulan ini berbagai peristiwa-peristiwa penting bagi sejarah umat Islam terjadi. Salah satu peristiwa tersebut adalah turunnya wahyu pertama al-Qur’an, yang juga menandai dimulainya periode kenabian. Peristiwa tersebut merupakan salah satu peristiwa paling penting dalam perjalanan sejarah Umat Islam hingga dewasa ini, oleh karena itu pada pembahasan kali ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai sejarah turunnya wahyu pertama kepada Nabi Rasul Menjelang Turunnya Wahyu Goa Hira’ jabal al-NourKetika usia Muhammad bin Abdullah telah mendekati 40 tahun, beliau banyak menghabiskan hari-harinya untuk mengasingkan diri. Aktivitas tersebut mulai beliau kerjakan setelah melalui perenungan yang lama. Dengan membawa roti dari gandum dan air, beliau pergi ke Gua Hira’ di Jabal Nur, yang berjarak kurang lebih 2 mil dari kota Mekkah, suatu gua yang tidak terlalu besar, dengan panjang 4 hasta, dan lebar 1,75 hasta dengan ukuran zira’ al-Hadid hasta ukuran besi.Keluarga Rasul terkadang menyertainya ke sana. Selama bulan Ramadhan, beliau di gua ini, dan tidak lupa memberikan makanan kepada setiap orang miskin di sekitar sana. Selama bulan tersebut beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah, memikirkan keagungan alam di sekitarnya, dan kekuatan tidak terhingga di balik alam. Beliau tidak pernah merasa puas melihat keyakinan umatnya yang penuh denan kemusyrikan, dan segala persepsi mereka yang tidak pernah lepas dari mitos. Sementara itu, di hadapan beliau juga tidak ada jalan yang jelas, dan mempunyai batasan-batasan tersentu yang bisa menghantarkannya kepada keridhaan, dan kepuasan Nabi Muhammad untuk mengasingkan diri termasuk dari ketentuan Allah kepadanya, sebagai langkah untuk menerima tugas besar yang sedang menantinya. Ruh manusia yang realitas kehidupannya akan disusupi suatu pengaruh, dan di bawa ke arah lain, maka ruh itu harus dibuat kosong, dan mengasingkan diri untuk beberapa saat, menjauh dari berbagai kesibukan duniawi, dan dinamika kehidupan yang membuatnya sibuk pada urusan Allah SWT mengatur, dan mempersiapkan kehidupan Rasulullah untuk mengemban amanat yang besar, mengubah wajah dunia, dan meluruskan garis sejarah. Allah telah mengatur pengasingan ini selama 3 tahun sebelum membebani Muhammad dengan risalah. Rasul biasanya pergi untuk mengasingkan diri selama jangka waktu sebulan sebelum kembali lagi ke rumahnya, dan begitu seterusnya hingga wahyu Al-Qur’an dan Turunnya Wahyu Al-Qur’anKetika Muhammad genap empat puluh tahun, tanda-tanda nubuwah kenabian sudah tampak. Diantaranya, adanya batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepadanya, dan terjadinya ru’ya shadiqah mimpi yang benar berupa fajar subuh yang menyingsing. Hal ini berlangsung hingga enam bulan, dan ru’ya shadiqah tersebut merupakan bagian dari empat puluh enam tanda tahun ketiga dari pengasingan Muhammad di Gua Hira’, tepatnya di bulan Ramadhan, Alllah memberikan rahmatNya kepada penduduk bumi dengan memberikan kemuliaan kepada Muhammad, berupa pengangkatan sebagai Nabi, dan menurunkan Jibril kepadanya dengan membawa beberapa ayat Al-Qur’an. Peristiwa pengangkatan, dan turunnya wahyu tersebut terjadi pada hari Senin, tanggal malam ke-21 bulan Ramadhan[1] penjelasan mengapa malam ke-21 dapat dibaca di bawah, dan bertepatan dengan tanggal 10 Agustus tahun 610 M. Tepatnya ketika Rasul berusia 40 tahun 6 bulan 12 hari menurut penanggalan Qamariyah, dan sekitar 39 tahun 3 bulan 20 hari menurut penanggalan peristiwa turunnya wahyu tersebut, istri Rasulullah, Aisyah menuturkan kisahnya sebagai berikut, “Wahyu yang mula pertama dialami oleh Rasulullah Saw adalah berupa ru’yah shalihah dalam tidur, dan mimpi itu hanya berbentuk fajar subuh yang menyingsing, kemudian beliau lebih menyenangi penyendirian, dan melakukannya di Gua Hira’, beribadah di dalamnya beberapa malam sebelum dia kembali ke rumah keluarganya.”Dalam melakukan itu, beliau mengambil bekal kemudian kembali ke Khadijah mengambil perbekalan yang sama hingga datang kebenaran kepadanya yaitu saat beliau berda di gua Hira’ tesebut, seorang malaikat datang menghampiri sembari berkata, “bacalah!” Aku Rasulullah menjawab, “Aku tidak bisa membaca!” Rasul menuturkan, “Kemudian dia memegang, dan merengkuhku hingga aku kehabisan tenaga, lalu setelah itu melepaskanku sembari berkata, “bacalah!” Aku tetap menjawab, “Aku tidak bisa membaca!”Dia memegangku dan merangkulku hingga aku merasa sesak. Kemudian melepaskanku, seraya berkata lagi, “Bacalah!” aku menjawab “Aku tidak bisa membaca.”Dia memegangiku, dan merangkulku hingga ketiga kalinya hingga aku merasa sesak, kemudian melepaskanku, lalu berkataAl-Alaq 1-5ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinyaRasulullah kemudian pulang membawa wahyu dengan hati yang penuh ketakutan, dan menemui Khadijah binti Khuwailid sembari berkata, “Selimutilah aku, selimutilah aku!” maka beliau diselimuti hingga badan beliau tidak lagi menggigil ketakutan layaknya terkena demam.“Apa yang terjadi padaku?” beliau bertanya kepada Khadijah. Beliau kemudian memberitahukan apa yang baru saja terjadi. Beliau berkata, “Aku takut akan terjadi sesuatu pada diriku.”Khadijah berkata, “Tidak demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, membantu meringankan beban orang lain, memberi makan orang yang miskin, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.”Selanjutnya Khadijah membawa Rasul pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Waraqah adalah seorang Nasrani sema Jahiliyah. Dia menulis buku dalam bahasa Ibrani, dan juga menulis Injil bahasa Ibraniseperti yang dikehendaki. Pada saat Khadijah membawa Rasul dia sudah tua, dan berkata kepada Waraqah, “Wahai putra pamanku, dengarkanlah kisah dari anak saudaramu.”Waraqah bertanya kepada beliau, “Apa yang pernah engkau lihat, wahai putra saudaraku?” Rasulullah kemudian menceritakan apa saja yang pernah Waraqah berkata, dia itu adalah An-Namus Jibril yang diutus Allah kepada Musa. Andaikan saja aku masih muda pada masa itu. Andaikan saja aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”Rasul bertanya, “Benarkah mereka akan mengusirku?”“Benar, tidak seorang pun yang membawa seperti yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih hidup pada masamu nanti, tentu akan membantumu dengan sungguh-sungguh.” Tidak lama kemudian Waraqah wafat dan wahyu pun tidak turun dalam beberapa Terputus untuk SementaraDiriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Ibnu Abbas yang intinya menyatakan bahwa setelah turunnya wahyu pertama, wahyu sempat terputus selama beberapa hari. Pada masa-masa terputusnya wahyu itu, Rasulullah hanya diam dalam keadaan termenung sedih. Kegelisahan melingkupi diri beliau. Dalam kitab At-Tabir, Imam al-Bukhari meriwayatkan naskah sebagai berikut“Menurut berita yang sampai kepada kami, wahyu berhenti turun hingga membuat nabi sedih, dan berkali-kali berlari ke gunung, dan ingin menjatuhkan diri dari jurang, namun setiap beliau mencapi puncak gunung untuk mencampakkan dirinya, malaikat Jibril menampakkan wujudnya sembari berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau benar-benar utusan Allah!”. Motivasi ini dapat menenangkan, dan memantapkan kembali jiwa beliau. Lalu pulanglah beliau ke rumah, namun ketika wahyu tidak kunjung turun, beliau pun mengulai tindakan sebagaimana sebelumnya, dan ketika dia mencapai puncak gunung, malaikat Jibril menampakkan wujudnya dan berkata kepadanya seperti sebelumnya.”Jibril Turun Membawa Wahyu untuk Kedua KalinyaIbnu Hajar menuturkan, “Selama wahyu terputus untuk beberapa hari lamanya, beliau ingin ketakutan, dan kedukaannya segera sirna, dan kembali seperti sebelumnya. Ketika bayang-bayang kebingungan mulai surut, dan beliau kembali menunggu-nunggu turunnya wahyu, Allah memuliakan beliau dengan wahyu untuk kedua kalinya.”Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah menuturkan masa turunnya wahyu. Beliau bersabda, “Tatkala aku sedang berjalan tiba-tiba aku mendengar sebuah suara yang berasal dari langit. Aku mendongakkan pandangan ke arah langit, dan bumi. Aku mendekatinya hingga tiba-tiba aku terjerembab di atas tanah. Kemudian aku menemui keluargaku dan kukatakan, Selimutilah Aku, Selimutilah aku!. Lalu Allah Ta’ala menurunkan surat Al-Muddatstsir Ayat 1-5” yang berbunyiيَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ ١ قُمۡ فَأَنذِرۡ ٢ وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ ٣ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ ٤ وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ ٥Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan. dan Tuhanmu agungkanlah. dan pakaianmu bersihkanlah dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Setelah turunnya ayat-ayat di atas, maka wahyu datang secara berturut-turut dan dalam bentuk suara-suara yang berbeda, dan kadang-kadang muncul seperti gema lonceng. Tetapi pada periode akhir kenabiannya, wahyu turun dalam satu suara, yaitu suara malaikat proses turunnya wahyu ini Aisyah meriwayatkan bahwa Al-Harits ibn Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, bagiamana sampainya wahyu kepada anda?” Rasul menjawab “kadang-kadang wahyu diturunkan kepadaku seperti bunyi lonceng, dan inilah yang aku rasakan paling berat, kemudian bunyi lonceng tersebut menghilang setelah aku menghafal wahyu yang diturunkan itu. Kadang-kadang malaikat mendatangiku dengan wujud seorang laki-laki, lalu dia menyampaikan wahyu kepadaku, kemudian aku menghafal apa yang disampaikannya.”Setelah mendapat perintah, dan tugas baru yang harus dia laksanakan sebagai seorang utusan Allah, Nabi Muhammad kemudian menemui dan berbaur di tengah masyarakatnya untuk mengajar, berdakwah, dan menyampaiakan risalah barunya. Pada masa ini Nabi banyak mendapat makian dan hinaan dari masyarakat Quraisy, hingga menyebabkan berdakwah secara Wahyu di Tahun-Tahun Awal KenabianSingkat, tegas, ekspresif, dan mengesankan merupakan karakteristik wayu yang paling awal, yaitu surat-surat al-Makiyah. Pada tahun-tahun awal ini, kandungan dari wahyu yang turun adalah mengenai keagungan Allah, yang pada hari pengadilan akhir kiamat akan menimbang setiap perbuatan manusia. Wahyu-wahyu yang pertama menekankan kekhawatiran perihal hari kiamat, anjuran bersikap saleh, dan penuh kebajikan, dan peringatan atas kelalaian terhadap tugas, dan kewajiban, beserta kelalaian terhadap hari dari pengabdian diri kepada Allah, dan kekhawatiran akan ancaman di hari akhir adalah sikap sombong, membanggakan kekuasaan manusia, dan pengrusakan terhadap segala sesuatu di dunia. Hal ini merupakan ciri dari masyarakat Mekkah zaman jahiliyah, yang serakah, dan bersikap acuh terhadap nasib fakir miskin, acuh akan sikap kedermawanan, dan acuh terhadap kesejahteraan kelompok masyarakat lemah.[1] Sebenarnya terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai penentuan hari turunnya wahyu. Ada yang berpendapat pada hari ke-7, ada yang berpendapat pada hari ke-17, dan ada yang berpendapat pada hari ke-17. Tetapi saya lebih setuju pada analisa bahwa malam ke-21 Ramadhan. Sebab, mayoritas pakar biografi sepakat bahwa Muhammad diangkat sebagai rasul pada hari Senin. Hal ini diperkuat riwayat dari Abu Qatadah, bahwa Rasul pernah ditanya mengenai tentang puasa hari Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari inilah aku dilahirkan, dan pada hari ini pula turun wahyu yang pertama kepadaku.” Dalam lafal lain disebutkan, “itulah hari aku dilahirkan, dan pada hari itu pula aku diutus sebagai rasul atau turun kepadaku wahyu.” Lihat Muslim, I/368; Ahmad, 51299; Al-Baihaqi, IV/286-300, dan Al-Hakim, Senin pada bulan Ramadhan tahun itu sendiri hanya jatuh pada tanggal 7, 14, 21, dan 28. Beberapa riwayat yang shahih telah menunjukkan bahwa Lailatul Qadr hanya jatuh pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Maka, jika kita membandingkan antara firman Allah, “Sesungguhnya kami menurunkannya al-Qur’an pada Lailatul Qadr”, dengan riwayat Abu Qatadah, dan tanggal-tanggal jatuhnya hari senin bulan itu maka akan ditemukan bahwa hari diutusnya beliau menjadi Rasul jatuh pada malam tanggal 21 bulan Az-Zabidi. 2002. Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari. Jakarta Pustaka M. Lapidus. 2000. Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta RajaGrafindo K. Hitti. 2006. History of The Arabs. Jakarta Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. 2011. Sirah Nabaiyah Ar-Rahiq Al-Makhtum. Jakarta Ummul Posts Didalam Alquran ungkapan qaulan ma'rufan ditemukan pada 4 tempat; QS 2:235, QS 4:5, QS 4:8 dan QS 23:32. Jarak antara wahyu pertama dan kedua Rasulullah yang cukup lama yaitu kurang lebih dua setengah tahun lamanya, membuat Rasulullah diliputi perasaan cemas dan khawatir. Makalah ini disusun agar para pembaca dapat mengetahuiTanyaMengapa ayat-ayat al-Qur’an tidak disusun berdasarkan waktu turunnya? Misalnya, mengapa ayat 3 dari surah al-Maidah diletakkan di awal surah kelima, padahal ayat itu adalah ayat terakhir yang diterima Nabi saw.? Mengapa surah al-Alaq atau Iqra’ yang diturunkansebagai wahyu pertama diletakkan di bagian akhir al-Qur’an?[Ahmad Nur Cholis Jakarta]JawabAyat-ayat al-Qur’an turun berinteraksi dengan masyarakat. Sebab turundan masalah yangdibicarakannya silih berganti. Semuanya itu berlangsung selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari, jika Anda sependapat dengan mereka yang menyatakan bahwa ayat 3 dari surah al-Maidah adalah ayat terakhir yang diterima Nabi Muhammad dapat menduga keras bahwa jika ayat-ayat al-Qur’an disusun sesuai dengan masa turunnya, maka hubungan uraian antara satu ayat dengan ayat lainnya tidak akan serasi. Bayangkanlah apa hubunganantara ayat 5 surah al-Alaq wahyu pertama Dia Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya QS. al-Alaq [96] 5dengan ayat pertama wahyu kedua Wahai orang yang berselimut! [73] atau QS. al-Muddatstsir [74]. Dua surah ini sengaja disebut karena para ulama berbeda pendapat tentang kedua wahyu itu ihwal mana yang pertama dan mana yang kedua. Sebab,kedua surah itu dimulai dengan perintah ini berbeda dari susunan yang ada sekarang. Perhatikan, misalnya, hubungan yang amat serasi antara kelima ayat wahyu pertama QS. al-Alaq [96] 1-5 dengan ayat keenam surah yang Anda ketahui bahwa ayat keenam turun sekian tahun setelahturunnya wahyu pertama itu. Melihat kandungan ayat enam dan seterusnya yang berbicara tentang sikap kaum Musyrik terhadap NabiMuhammad saw. dan ajarannya, maka dapat dipastikan bahwa ayat ini dan ayat-ayat berikutnya turun setelah Nabi mengumandangkan ajaran-ajaranIslam di hadapan umum, yakni setelah turunnya firman Allah,yakni ayat 94 dalam surah al-Hijr yang dinyatakan oleh sebagian ulamasebagai turun tiga tahun sesudah menerima wahyu ingin penulis garisbawahi adalah bahwa walaupun ayat 6surah al-Alaq itu dan ayat-ayat berikutnya turun jauh hari kemudian,kaitan kandungannya dengan ayat kelima dan ayat-ayat sebelumnya sangat erat dan serasi. Hal ini tidak mengherankan karena penempatan atau susunan ayat-ayat al-Qur’an, sebagaimana terlihat dalam mushafal-Qur’an dewasa ini, berdasarkan petunjuk Allah kepada Nabi-Nya yang disampaikan oleh Malaikat Jibril setiap kali menyampaikan kalam ayat-ayat al-Qur’an atas petunjuk Allah yang tidak sesuai dengan masa turunnya itu dibahas oleh sejumlah ulama guna menemukan rahasianya. Selain menemukan sekian banyak pesan yang terselip atau penjelasan makna, mereka juga menemukan keserasian hubungan antara ayat terdahulu dan ayat ditempatkannya sesudahnya,walaupun turunnya jauh kemudian. Salah seorang yang paling berhasil dalam bidang ini adalah Ibrahim bin Umar al-Biqa’i w. 885 H/1480 M dengan karyanya yang sangat mengagumkan, Nazhm ad-Durar fi Tanasub al-Ayat wa asy-Shuwar Untaian Mutiara ihwal KeserasianHubungan antara Ayat-Ayat dan Surah-Surah al-Qur’an.Di sini, yang dimaksud dengan keserasian di antaranya adalah keserasian antarkata dalam susunan suatu ayat, keserasian antara penutup ayat fashilat dengan kandungan ayatnya, dan keserasian antara ayat dengan ayat berikutnya. Demikian pula halnya antara mukadimah satu surah dan penutup surah sebelumnya. Dan masih ada banyak keserasianlainnya yang kesemuanya mengandung makna dan pesan-pesan. Kita tidak akan menguraikannya di sini karena keterbatasan ruangan. Sekadar contoh, keserasian hubungan antara ayat keenam surah al-Alaq dengan ayat-ayat sebelumnya 1-5 adalah bahwa kelima ayat pertama, antaralain, memperkenalkan Allah dan manusia yang telah beroleh anugerah demikian besar sejak awal kejadiannya hingga pemeliharaan danpengetahuan yang diajarkan kepadanya. Akan tetapi, sebagaimana dijelaskan dalam ayat keenam, makhluk ini yakni, manusia kafir, bersikap angkuh, melampaui batas, dan lengah, padahal kelak dia akankembali kepada Allah.[M. Quraish Shihab – Dewan Pakar Pusat Studi al-Qur’an]
WkPkCCX.